Pisau Bermata Dua Bernama Sosial Media

https://www.istockphoto.com/portfolio/pressureUA?mediatype=photography


Sosial media adalah sebuah platform digital yang dapat memfasilitasi penggunanya untuk melakukan aktifitas sosial seperti membagikan konten berupa tulisan, foto, video dan lainnya. Kehadiran sosial media ini cukup erat dengan kehidupan kita sehari-hari mulai dari chatting dengan teman teman, update status terkini, sampai mencari informasi tentang segala hal. sosial media seperti, facebook, Instagram, twitter, tik tok dan lainnya di penuhi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ini terbukti, Indonesia berada di urutan 4 dengan negara dengan pengguna sosial media terbanyak setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa ada 63 juta orang Indonesia yang menggunakan sosial media ini. Sosial media telah mengambil peranan penting di masyarakat. Menulis tulisan tulisan di sosial media adalah hal yang lumrah terjadi, tetapi yang menjadikannya masalah serius apakah tulisan itu bersifat negative atau positive. Sosial media seakan akan telah menjadi pisau bermata dua.


Semakin banyaknya sosial media dan perkembangan teknologi yang sangat cepat sekarang. membuat masyarakat lupa akan dunia nyata. Didalam sosial media, pasti terdapat akun yang mempunyai banyak followers atau pengikut. Pengikut inilah yang “up to date” mengikuti setiap postingan yang dibuat oleh akun besar tersebut. Dalam kasus ini akun besar tersebut sering kali menyalahgunakan para pengikutnya tersebut. semisal Seperti dokterinisasi, hate speech dan mencari pembelaan diri. Seperti contoh akun besar ini memposting tentang keluhannya terhadap akun besar yang lainnya, yang secara tidak langsung dari sini pengikut akun besar yang memposting tentang keluhannya ini akan menyerbu akun besar yang lainnya ini, tanpa membandingkan penjelasan dari keduanya, dan terjadilah hal hal yang tidak patut seperti berkomentar yang penuh dengan kebencian, menghina dan sindirian, terkadang bisa saja berujung pada tindak pidana. Fenomena berita dan informasi hoax juga tumbuh dengan sangat subur di sosial media, berita dan informasi hoax sering kali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan kesalahan ke pihak tertentu. itu terjadi karena masyarakat internet atau biasa disebut juga dengan netizen hanya asal saja mengambil informasi yang ingin mereka dengar saja, padahal memverifikasi dan mencari kebenarannya dari sumber yang terpercaya adalah hal yang sangat penting sebelum memberikan informasi kepada netizen lainnya. 


Agar informasi atau berita hoax ini tidak menimbulkan keresahan dan konflik. Penyebaran berita dan informasi hoax juga mampu membawa pada kerancuan informasi dan kehebohan publik akan suatu informasi, bahkan dapat juga berakibat pada perpecahan suatu bangsa. Mampu memilah dan memverifikasi berita dan informasi terlebih dahulu menandakan bahwa kita sudah cukup cerdas dan bijaksana dalam menggunakan sosial media. Ujaran kebencian ( Hate Speech ) juga menjadi masalah serius bagi pengguna sosial media, ujaran kebencian seperti provokasi, hasutan, hinaan, rasisme, dan pencemaran nama baik yang ditunjukkan kepada seseorang atau kelompok dapat menimbulkan seseorang depresi, stress dan menghancurkan mental karena sebuah ujaran kebencian yang di lontarkan oleh segelintir orang dan tidak jarang juga berujung pidana. 


Seperti contoh pada kasus ujaran kebencian kepada Presiden Republik Indonesia yaitu Joko Widodo, pelaku melontarkan provokasi dan hinaan kepada Presiden RI tersebut. Dan lucunya ketika pelaku di tangkap oleh kepolisian ia mengelak melakukan itu semua di sosial media, berbagai alasan pun muncul mulai dari akun sosial medianya di hack oleh orang lain, serta mengaku bahwa dia tidak mempunyai akun sosial media. Padahal mulai dari foto profil, albums foto yang dia unggah di sosial media membuktikan bahwa akun tersebut aktif dan digunakan oleh pelaku. Kita harus berhati hati ketika kita mengunggah sebuah ucapan atau kritikan, jangan sampai ucapan atau kritikan yang kita buat mengandung kata kata yang dapat membuat orang lain tersinggung. Kita harus cerdas memilah kata kata yang akan kita sampaikan di sosial media.


Dalam perkembangannya, penggunaaan sosial media sebagai bagian terdepan dalam komunikasi model baru, tidak lagi hanya berperan sebagai platform menyampaikan pesan dan mendapatkan informasi. Tetapi lebih jauh berperan dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat yang menggunakan sosial media. Didalam bersosial media sebagai seorang pengguna, kita juga harus memperhatikan bagaimana efek dari penggunaan sosial media tersebut oleh individu yang menggunakannya. Terkadang sosial media digunakan sudah jauh dari manfaat sosial media itu sendiri. Dengan melengkapi diri dengan kebijaksanaan dan kecerdasan kita dapat memilah dan memverifikasi informasi yang benar dan tidak. Serta perlunya didikan tentang etika dalam bersosial media agar hate speech tidak terjadi pada diri sendiri. Mengatur akun sosial media kita untuk tidak mengikuti akun akun yang memicu ujaran kebencian dan mencoba mereport akun akun seperti itu agar tidak muncul didalam sosial media lagi. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk bisa memanfaatkan sosial media ke arah yang lebih positif, upaya untuk memaknainya dalam penggunaan sosial media oleh generasi sekarang dapat mendorong sosial media untuk menjembatani perbedaan, bukan membangun konflik dan diskriminasi antar kelompok.


Radhinal Muchtar. Jakarta, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.