Belajar Kepemimpinan dari Ibnu Khaldun
Kepemimpinan dalam islam memiliki dasar-dasar yang sangat kokoh tidak hanya dari nilai-nilai Islam saja, tetapi telah di praktekkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya. Kepemimpinan memegang kunci penting dalam berhasilnya suatu masyarakat atau kelompok dalam mencapai tujuannya .Tokoh-tokoh besar umat Islam pun memiliki karakter kepemimpinan yang sangat beragam dan pendekatan yang berbeda pada setiap masyarakatnya.
Bapak Sosiologi Islam. Itulah julukan yang diberikan
kepadanya, Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad Bin Khaldun al-Hadhrami atau biasa
kita menyebutnya dengan Ibnu Khaldun. ia merupakan tokoh besar islam yang
banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat hingga saat ini,
tidak hanya di bidang sosiologi tetapi juga dalam bidang histrografi dan
ekonomi. Bahkan pendiri Facebook, Mark Zukerbeck memuji bukunya Ibnu Khaldun
yang berjudul “Muqaddimah”.
Semasa hidupnya Ibnu Khaldun pernah beberapa kali terlibat
dalam dunia pemerintahan di berbagai wilayah seperti Granada, Fez, Biskara,
Baugie dan banyak lagi. pada usia 20 tahun, Ibnu Khaldun mulai memasuki dunia
politik. Ia pernah menjadi juru tulis pada masa pemerintahan Abu Muhammad Ibn
Tafragin di Tunis, menjadi sekertaris sultan pada masa pemerintahan Sultan Abu
Inan di Fez, menjadi Diplomat pada masa pemerintahan Abu Abdillah Muhammad Ibn
Yusuf di Granada, menjadi Perdana Menteri di wilayah Bougie Aljazair dan masih
banyak lagi.
Setelah beberapa kali ikut dalam
pemerintahan, Ibnu Khaldun memutuskan untuk berhenti. Ia melepaskan semua
jabatannya dalam dunia pemerintahan kemudian menghabiskan waktunya bersama
keluarga. Dan membuat sebuah karya besar yang berjudul “Muqaddimah”. Setelah
itu ia memutuskan pindah ke Kairo, Mesir. Disana Ibnu Khaldun di sambut baik
oleh penguasa Mesir waktu itu dan ia memutuskan untuk menjadi pengajar di
Universitas Al Azhar Mesir.
Tidak lama setelah itu, Ibnu
Khaldun di angkat menjadi Hakim Agung oleh Sultan Al-Zhahir Barqa. Semenjak
menjadi Hakim Agung, ia berusaha keras dan beberapa kali melakukan perubahan
terhadap lembaga-lembaga hukum yang pada saat itu banyak dipenuhi korupsi,
kolusi dan nepotisme. Tindakan ini jelas menjadi pertentangan dan membawanya ke
situasi yang serius, yang dimana orang-orang yang tidak suka terhadap dia, menyebar stigma buruk ke masyarakat mesir. Dan pada akhirnya, ia memutuskan
mengundurkan diri sebagai Hakim Agung karena tidak kuat menahan itu semua.
Tetapi ia kembali mendapatkan jabatan itu, dan menjadi Hakim Agung sampai akhir
hayatnya setelah melewati berbagai rintangan.
Dari sini kita tidak hanya
sekedar mengenang tetapi kita juga harus merasakan perjalanan hidup yang
menakjubkan dari Ibnu Khaldun. Kita bisa menjadikan ini sebagai panutan pada
diri kita sendiri, bahwasanya menjadi seorang pemimpin diperlukan ilmu, kemampuan,
tanggung jawab, keadlian dan keberanian untuk mengambil suatu tindakan,
membenci korupsi dan tipu daya. seperti
yang di lakukan oleh Ibnu Khaldun ketika menjabat sebagai Hakim Agung, ia
berani untuk melakukan perombakan terhadap lembaga-lembaga yang tugasnya hanya
menyengsarakan rakyat. Meskipun, taruhannya nyawanya sendiri, keluarganya dan
jabatannya.
Dalam kitabnya Al Muqaddimah,
Ibnu Khaldun membeberkan beberapa kriteria untuk menjadi seorang pemimpin.
Pertama, pemimpin harus mempunyai ilmu yang luas. Kedua, Pemimpin harus adil.
Ketiga, Pemimpin harus mempunyai skill kepemimpinan. Keempat, pemimpin harus sehat jasmani dan
rohani. Berdasarkan hal tersebut perlu bagi kita untuk lebih selektif dalam
memilih pemimpin. Memilih pemimpin yang berkarakter islam yang kuat pada dirinya, agar
senantiasa membawa dampak positif bagi umat.
Mari kita menjadi pemimpin yang
berpegang teguh kepada nilai-nilai islam dan juga hukum-hukum islam dengan
melakukan suatu perubahan dalam meningkatkan konsep kepemimpinan menjadi konsep
kemimpinan yang dapat dipercaya, dicintai, berkualitas, serta bisa membimbing
semua kelompok masyarakat dan membangun pondasi yang kokoh agar mampu untuk
mewujudkan kepemimpinan yang hebat.
Tidak ada komentar: