Filosofis dari Kesenian Jaran Kepang

selasar.com


Kesenian jaranan merupakan kesenian rakyat dengan seseorang yang menari diatas kuda mainan yang terbuat dari anyaman bambu dan dihias sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk kuda sungguhan. Kesenian jaranan ini di yakini sudah berumur cukup lama, jaranan sebagai tarian kerakyatan kuno sudah ada pada abad 12 dan mulai populer pada abad ke 13 dan 14. Jaranan identik dengan tanah jawa, khususnya jawa timur. Karena asal mula lahirnya jaranan berasal dari kerajaan jawa kuno di Kediri jawa ditimur.


Pada zaman dahulu, jaranan merupakan bagian dari ritual menolak bala, meminta kesuburan dan keberhasilan hasil panen, serta agar masyarakat hidup tentram dan aman. Sebab zaman dahulu masih kental terhadap kepercayaan nenek moyang. Mereka percaya bahwa penyakit, musibah, bala, dan kerusakan lainnya terjadi karena kekuatan nenek moyang.


Seiring berjalannya waktu jaran kepang berubah menjadi sebuah kesenian untuk menghibur masyarakat. Tari jaran kepang juga memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Tarian ini merupakan sebuah bentuk tarian peperangan pada zaman kerajaan. Penari jaran kepang merupakan perwujudan dari prajuritnya, sedangkan anyaman kuda merupakan perwujudan kuda sungguhan.


Kuda, yang dalam Bahasa jawanya disebut Jaran, memiliki makna gagah berani, pantang menyerah dan kuat. Hal inilah yang harus ada dalam diri kita sebagai manusia sebagai bekal hidup, kita harus berani menghadapai berbagai macam lika-liku hidup, pantang menyerah walaupun berkali-kali gagal, dan serta kuat, kuat mental dan kuat fisik dalam menghadapi beratnya cobaan hidup.


Selain tari, biasanya ada juga sebuah atraksi yang cukup ekstrim di lakukan. Seperti penari jaran kepang tiba-tiba kesurupan. Dengan musik yang bertambah berderu-deru penari yang kesurupan menjadi makin agresif, hingga pada akhirnya tubuh penari akan sulit dikendalikan. Ada yang menari di atas pecahan kaca, memakan gabah serta kaca, dan bahkan memakan ayam hidup-hidup. Namun setelah melakukan serangkaian atraksi ekstrim itu, penari jaran kepang baik-baik saja seolah tidak terjadi apa-apa.


Sebenarnya pertunjukkan ini mempunyai makna tersendiri, masyarakat jawa mengenalnya dengan ndadi. pertunjukkan ini menggambarkan bahwa kita hidup di dunia ini bukan hanya dunia kita saja, tetapi ada yang namanya dunia gaib. Kita hidup berdampingan dengan dunia gaib yang oleh sebab itu kita harus menjaga sikap dan adab dimana pun kita berada.


Alunan musik yang ada di jaran kepang juga memiliki makna tersendiri, kesenian jaran kepang dimulai dengan bunyi terompet dan pukulan gendang. Gendang memiliki makna “ kalau sudah seker, kumandang”.  Dan setelah itu pukulan kenong di tabuh, nama kenong sendiri berasal dari kata jernih. Barulah pukulan gong ikut memeriahkan suasana ketiga alat musik itu. Pukulan gong memiliki makna yakni mengisyarakatkan ketundukkan kepada Gusti Allah.


Dari sekian banyak kesenian jawa, terutama tarian. Jaranan merupakan tarian yang sangat menarik, berani dan gagah. Ditarian ini juga mayoritas penari adalah kaum laki-laki karena perannya sebagai penunggang kuda atau prajurit. Hingga saat ini kesenian jaran kepang masih bisa kita jumpai ketika berkunjung ke desa-desa atau daeraj dipulau jawa dan bahkan luar pulau jawa, yang  penduduknya mayoritas suku jawa.


Radhinal Muchtar. Jakarta, Indonesia.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.